Intel melihat perangkat barunya yang bernama teknologi Light Peak, yang digunakan untk menghubungkan banyak device dengan kabel optic. Teknologi ini menurut Intel berpotensi menjadi pengganti USB 3.0, yang berarti akan menghilangkan kebutuhan akan penggunaan port yang biasa ada di banyak gadget sekarang ini. Teknologi Light Peak ini sudah diumumkan Intel sejak tahun lalu, dan menurut senior Intel, Kevin Kahn dalam IDF di Beijing, Intel akan memproduksi teknologi ini di akhir tahun 2010 dan berharap banyak partner yang dapat membantu penjualannya.
Namun, kecenderungan trend kabel optic ini yang tanpa listrik ini dapat memberikan manfaat bahwa kabel optic yang terpisah juga support untuk berbagai protocol, diantaranya untuk USB dan Serial ATA, ungkap Justin Rattner, kepala Intel Labs. Light Peak dapat menjalankan multi protocol di waktu yang sama dan lebih dari satu line, sehingga semua data untuk kabel yang terpisah dapat berjalan di satu kabel Light Peak. Intel menjelaskan, tidak ada konflik antara kedua teknologi, yakni Light Peak dan USB. Intel melihat Light Peak merupakan pelengkap dari USB 3.0, karena Light Peak membuat USB dan protocol lain dapat berjalan bersama di satu kabel yang panjang dan berkecepatan tinggi di masa mendatang, tambah Kahn.
Menurut Kahn, Light Peak dapat mentransfer data dengan kecepatan 10Gbps atau cukup cepat untuk mengirim film Blu-ray dalam waktu setengah menit. Light Peak dapat ditancapkan di laptop melalui sebuah port USB 3.0 dengan komponen tambahan untuk menerima sinyal optic. Menurut Kahn, USB 3.0 menjadi tempat yang pas untuk Light Peak karena tidak memerlukan lagi port Light Peak, terutama untuk penggunaan di computer portable. Sementara USB 3.0, versi baru dari USB masih lebih lambat ketimbang Light Peak dengan rate sinyal 5Gbps, tapi lebih cepat dibanding versi USB sebelumnya.

Facebook kini telah membuat cara baru untuk koneksi user ke situs tersebut. Kini bukan lagi sebuah tombol bertuliskan “become of fan” di perusahaan seperti contoh Starbucks, Facebook akan memudahkan user untuk mengklik tombol “like” brand tersebut. Banyak pengguna yang suka mengklik komentar atau gambar yang diposting di situs tersebut, dan hal tersebut dua kali lebih banyak ketimbang mereka mengklik “become a fan”, menurut Facebook.
Pebisnis yang menggunakan Facebook Pages, yang gratis mereka buat untuk terhubung dengan pelanggan dan untuk mempromosikan brand mereka. “Ide menyukai (liking) brand tersebut terkesan lebih natural dibandingkan ‘becoming a fan’ brand. “ ungkap Michael Lazerow, CEO Buddy Media, yang membantu perusahaan membangun brand dan periklanan mereka di situs jejaring social seperti Facebook.
Namun, Facebook tidak menjelaskan apakah perubahan tersebut akan diaplikasikan ke semua halaman, seperti halaman untuk selebritis atau musisi, dimana term ‘fan’ masih ada, atau hanya brand saja.(h_n)

About this blog

Selamat Datang DI Blue IT comunity

Labels

Statistic

Followers

About Me

Like this blog from facebook